Sosiologi Sebagai Kajian Pendekatan Keislaman
Definisi Sosiologi
Secara etimologis, asal-usul kata sosiologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata, yaitu "socius" yang artinya teman dan "logos" yang artinya kata atau pembicaraan tentang manusia yang hidup dalam bermasyarakat atau bersahabat. Secara terminologi, sosiologi merujuk pada sebuah disiplin ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial. Masyarakat menjadi objek kajian dalam sosiologi, yang dipandang dari perspektif hubungan manusia dan proses yang timbul dari interaksi manusia dalam masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu yang menggambarkan keadaan masyarakat, termasuk struktur, lapisan, dan gejala sosial yang saling berkaitan. Dengan ilmu sosiologi, fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan, mobilitas sosial, dan keyakinan yang mendasari proses tersebut. Pendekatan sosiologis dapat digunakan dalam memahami agama karena banyak bidang kajian agama yang dapat dipahami secara tepat dan proporsional dengan bantuan ilmu sosiologi. Dengan menggunakan pendekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah karena agama sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Ayat-ayat dalam al-Qur'an, misalnya, membahas tentang hubungan antar manusia dan faktor-faktor yang menyebabkan penderitaan. Untuk memahami hal ini dengan benar, penting bagi pemaham agama untuk mengetahui konteks sosial pada saat agama tersebut diwahyukan.
Sosiologi sebagai kajian pendekatan keislaman
Pendekatan Sosiologi memiliki peranan penting dalam usaha memahami dan mengeksplorasi makna yang sebenarnya diinginkan oleh al-Qur’an. Hal ini disebabkan oleh Islam yang menekankan pada hal-hal yang bersifat sosial daripada individual, yang terlihat dari banyaknya ayat dan Hadis yang berhubungan dengan urusan muamalah atau sosial. Dalam sosiologi, ada berbagai pendekatan teoritis yang dikembangkan untuk memahami fenomena sosial keagamaan. Terdapat tiga teori yang digunakan dalam pendekatan sosiologi, yaitu; teori fungsionalisme, teori interaksionisme, dan teori konflik. Dalam konteks Islam, pendekatan sosiologi dapat digunakan untuk mempelajari perkembangan dan kemajuan Islam dari masa ke masa, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan masyarakat Islam. Dengan memahami metodenya, kita dapat mengkaji lebih dalam mengenai ilmu pengetahuan tentang sosiologi agama yang dapat sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, karena sosiologi adalah studi tentang manusia.
Konsep dan Sejarah Masyarakat Madani serta Karakteristiknya
Masyarakat madani diterjemahkan dari kata civil society yang jika ditinjau lebih jauh istilah civil society ini berasal dari bahasa Latin yaitu, civilis societas, yang pada awalnya dipakai oleh Cicero (106-43 SM) seorang pujangga dari Roma.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab dalam menjalani, membangun, dan memaknai kehidupannya. Masyarakat madani memiliki konstruksi bahasa “islami” yang mengarah kepada kata al-din, yang biasanya diterjemahkan sebagai agama, dan berkaitan dengan makna al-tamaddun yang memiliki arti peradaban. Keduanya lalu bersatu dan membentuk pengertian al-madinah yang artinya kota. Maka dari itu dapat diketahui bahwa masyarakat madani memiliki tiga hal yaitu, agama, peradaban dan perkotaan. Di mana agama menjadi sumber, peradaban merupakan prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya. Masyarakat madani merupakan masyarakat yang menjadikan nilai-nilai kebijakan umum atau biasa yang disebut al-khair sebagai patokan, yang mana konsep ini merupakan konsep masyarakat yang pernah berkembang pada zaman Nabi Muhammad SAW. Asal usul masyarakat madani berasal dari Madinah, sedangkan civil society lahir dari konteks sosial di masyarakat barat.
Berikut beberapa karakteristik masyarakat madani, yakni: adanya ruang publik; adanya pola kehidupan yang demokratis; adanya sikap toleransi dalam bermasyarakat; menjunjung tinggi nilai-nilai HAM dan nilai-nilai keadilan; menunjukkan perilaku pluralisme dengan mengutamakan adab.
Masyarakat Indonesia dapat mencapai kehidupan yang madani apabila di dalamnya memiliki beberapa hal sebagai berikut:
- Keimanan dan ketaqwaan yang kuat
- Memiliki Pendidikan yang berkualitas
- Kembali kepada ideologi negara yaitu Pancasila
- Memiliki cita-cita dan harapan seperti negara-negara maju
- Memiliki kepercayaan diri untuk bersaing
- Setia kepada bangsa dan negara.
Masyarakat Madani di Indonesia dan Tantangannya
Masyarakat madani di Indonesia sendiri mempunyai beragam hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam pengintegrasiannya. Berikut hambatan penciptaan Masyarakat Madani di Indonesia:
- Masyarakat sipil dan konsolidasi internal
- Masyarakat Sipil dan Profesionalisme
- Masyarakat Sipil dan Jaringan
Selain hambatan, terdapat juga berbagai tantangan dalam penerapan konsep Masyarakat Madani pada masyarakat Indonesia, antara lain:
- Masih rendahnya minat partisipasi warga masyarakat terhadap kehidupan politik Indonesia dan kurangnya rasa nasionalisme
- Masih kurangnya sikap toleransi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun beragama.
- Masih kurangnya kesadaran individu dalam keseimbangan dan pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban
Adapun hal-hal yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia , diantaranya :
- Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata.
- Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
- Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
- Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang terbatas
- Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.
- Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi.
Komentar
Posting Komentar